Rabu, 19 April 2017

Curhat Tentang Sorak Sorai & Tangis Umpat Dalam Politik

 (Ronal Raya Todo Boli)
Aku mulai, Begini...!!!
Cara kerja Politik seperti virus. Menggerogot imun- imun kebaikan dan berusaha untuk mematikan induk semang.
 
Virus melaju menembus batas, melaju tak terbendung. Jika obatnya tak mampu menghentikannya, maka akutnya akan menuju stadium lanjut. Sistem dalam organ tubuh seperti tim sukses. Bekerja menghalau segala bentuk asing yg merusak kekebalan. Siang dan malam. Sembuh, senanglah hati. Tapi, Jika induk semangnya mati, orang hanya mampu memelas. Sedih dan berduka. Ini keputusan takdir.

Politik kembali pada meja makan. Pesan -pesan dimakan malam, dari ayah kepada ibu dan anak –anak  tetap saja lebih membekas dan mumpuni, ketimbang orasi- orasi hebat di panggung politik. Realitas hari ini, politik meja makan lebih mengakar, ketimbang debat diskusi di meja bundar. 

Politik itu linear dgn identitas. Boleh anda briliant, hebat, belum tentu terpilih. Ini bukan soal benar atau salah, baik atau jahat tapi ini soal eksistensi. Soal tentang keberadaan aku yang hakikinya butuh pengakuan dalam ruang publik. Selimutnya Putih seperti tak bercela, menjanjikan hidup dunia akhirat. Dan ini akan melumpuhkan akal sehat, mematikan nurani- nurani kebaikan dan memunculkan betapa tingginya harga diri homogenitas kaum.

Harus kita  akui, mayoritas bangsa ini (bisa anda dan saya) membicarakan heterogenitas, tapi mempraktekan homogenitas. Kita berkotbah tentang kebhinekaan, tapi kita kasak kusuk tentang kesamaan. Mulut berbusa, kelingking berkait.


Bahasa penghiburnya;
Mari kita junjung sportifitas, mari kita bergandeng tangan, mari kita bekerja bersama..ini kemenangan Demokrasi..dan masih banyak lagi..
Mau tidak mau, suka tidak suka. Perahu ini harus terus berlayar. Anda dan saya harus terus ikut pelayaran ini.

Menegaskan, sekecil apapun kita, masih bisa mengambil bagian. Cukup dengan duduk tenang, agar perahu jangan lagi goyang keseimbangan.

Kita menaruh percaya, menaruh yakin harap semoga Nakhoda masih bisa menunjukan kita mentari tumbuh besok pagi dalam laut yg tenang bermutiara.
Laut Indonesia.***


Jumat, 14 April 2017

Ikan Kerapu Panggang Enak di Lidah Peziarah Polandia (Disuguhi di Duta Cafe & Resto) Larantuka

(Peziarah asal Polandia saat menikmati makan malam di Duta Cafe dan Resto Larantuka)


Ikan Kerapu Panggang terasa enak di lidah peziarah Polandia yang mengisi makan malamnya, Kamis (13/4/17) di Duta Cafe dan Resto Larantuka beralamat di Kelurahan Sarotari Kecamatan Larantukan Kabupaten Flores Nusa Tenggara Timur (NTT). Pengakuan ini datang dari  Peziarah Polandia saat dijamu makan malam di Duta Cafe dan Resto Larantuka, seperti dikutip Natalia.
            Duta Cafe dan Resto Larantuka dikelolah Natalia Andhisty, warga Bandung yang sudah menyatu dengan masyarakat Flotim ini menyiapkan beraneka macam makanan lokal yang terasa enak dilidah siapapun.
Natalia dalam keterangannya kepada KabarFlotim mengatakan, Peziarah Polandia memiliki kesan yang baik usai menikmati makanan yang disuguhi di Duta Cafe dan Resto Larantuka. “Ikan Kerapu Panggang dari Indonesia enak” ungkap polos Peziarah Polandia usai menikmati makan malam di Duta Cafe dan Resto Larantuka, dikutip Natalia.

 “Ada menu rumpu rampe, cumi asam manis, sop jagung manis, cap cay goreng, mie goreng Duta dan ikan kerapu panggang sebagai menu unggulan kami malam itu, dalam meyuguhi Peziarah Polandia. He..he.. Jatuh bangun saya berbicara dengan bahasa inggris, jungkir balik perasaan saya karena khawatir taste makanan kami tidak cocok dengan selera mereka Eh, di penghujung acara makan malam, tour guide dan beberapa peziarah dari Polandia sampaikan bahwa makanan kami enak dengan bahasa Indonesia. Rupannya Warga Polandia bisa berbahasa Inggris. Ungkap jujur ini menjadi penyemangat bagi kami untuk memberikan terbaik kepada tamu siapa saja yang datang di tempat ini,’kata Natalia.

Fransiskus Padji Tukan Tokoh Muda Flores Timur mengatakan, Cafe dan Restoran atau sejenisnya di Larantuka masih sangat minim terlebih yang menyediakan makanan lokal khas Flores Timur. Menurut Frano sapaan Faransiskus Tukan, Duta Cafe telah mengangkat nama Flores Timur dalam suguhan makanan lokal untuk wisatawan termasuk peziarah yang kurang lebih sepekan ini ada di Kota Larantuka. ”Duta Cafe telah mengangkat nam Flotim dalam suguhan makanan lokal untuk wisatawan termasuk peziarah yang kurang lebih sepekan ini ada di Larantuka. Saya yakin, dengan pelayanan terbaik yang diberikan oleh pihak Duta Cafe dan Resto Larantuka dalam menjamu para tamu, akan memikat para tamu dan peziarah untuk datang kembali dan lebih betah di Kota Reiha. Sudah saatnya kita mempromosikan hal hal lain di Kota Larantuka yang dapat memikat hati peziarah saat datang di Kota ini mengikuti prosesi,’kata Frano Tukan.***

Prosesi Laut Jelang Paskah Aman (Di Larantuka Ibu Kota Kabupaten Flores Timur NTT)

 (Ribuan Umat Katolik dari berbagai penjuru dunia mengikuti Prosesi Laut)
Prosesi laut yang dilaksanakan secara turun temurun di Kota Larantuka jelang Paskah Jumat (14/4/17) berjalan aman. Ribuan umat Katolik dari berbagai pejuru dunia sejak pagi berbondong- bondong memenuhi pesisir Pantai Kota Rowido Kecamatan Larantuka Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur.
Sebelum mengelar prosesi laut, umat Katolik menggelar jalan Salib bersama di depan Kapela Tuan Meninu. Tepat pukul 11.30 WITA, umat mulai bergerak dari depan Kapela Tuan Meninu,  menuju Pantai Kuce dengan puluhan bero (sampan) dan kapal berukuran sedang hingga besar yang mengiringi perjalanan patung Kanak Yesus.
Saat berlangsung prosesi di laut, ribuan umat lain di darat berjalan pelan di pesisir pantai sambil berdoa mengikuti perjalanan prosesi laut yang juga sahut menyahut dari satu kapal dengan kapal lainnya menyampaikan ujud doannya.

 Prosesi laut menjadi satu kesatuan dari rangkaian Semana Santa (Pekan Suci) yang dilaksanakan di Kota Reinha Larantuka, sebelum pada malam harinya berlangsung Prosesi Jumat Agung. Di malam itu,  ribuan umat  Katolik akan turun ke jalan Kota Larantuka dan berdoa dengan ujud doa secara bersama dan secara pribadi- pribadi.
Menurut  tradisi Gereja Katolik Larantuka, prosesi Jumat Agung dimana umat mengarak Patung Yesus yang disalibkan dan juga Tuan Ma Bunda Maria sebagai pelindung Kota Larantuka dan arca Tuan Meninu dengan titik star dari Gereja Kahterdal Larantuka, keliling melewati jalan Kota Larantuka yang berada persis di bawah kaki Gunung Ile Mandiri hingga berakhir kembali di Gereja Kahterdal. Sepanjang rute prosesi, dipinggir kiri kanan jalan, dinyalahkan lilin. Sambil berjalan,umat berdoa dan bernyayi. Penuh khusuk umat menyampaikan doa- doannya.
Peziarah yang mengikuti Prosesi Jumat Agung meyakini, dengan penyerahan diri yang total dalam rangkain prosesi Jumat Agung, ujud doanya akan dikabulkan. 

Ada hal yang menarik dari rangkaian Semana Santa sejak Rabu Trewa pada Hari Rabu, Kamis Putih pada Hari Kamis dan Jumat Agung pada Jumat Agung, yang menjaga keamanaan adalah umat yang beragama muslim. Sebaliknya, Umat Katolik akan menjaga keamanaan pada saat Umat Muslim merayakan hari Raya Idul Fitri. Inilah bentuk kongkrit tolerasi antar umat beragama di Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur.***


Selasa, 11 April 2017

Ketua Agupena NTT Dilantik Menjadi Pengawas Sekolah Menengah (Dinas Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Kupang – NTT)





Thomas Akaraya Sogen, Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia  (Agupena) Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), pada hari Selasa (11/4/17) bertempat di Aula Kantor Bupati Kupang, dilantik menjadi Pengawas Sekolah Menengah,  Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olaraga Kabupaten Kupang.
Putra  Solor, Flores Timur yang lahir pada 22 Desember 1963 ini memulai karirnya menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Adonara Timur Witihama. Selain mengajar di SMPN 2 Adonara Timur, Pak Thomas diminta membantu mengajar di Sekolah Menegah Atas (SMA) Katolik Witihama.
Manusia memang selalu tidak puas dengan apa yang diraih, dan itu adalah tanda – tanda orang yang ingin sukses. Thomas Akaraya termasuk salah satu orang yang tidak puas dengan kondisi yang yang ada. Dalam keterbatasan informasi saat berada di kampung, ia berpikir untuk melanjutkan pendidikannya di Kupang. Ia kemudian mengajukan permohonan untuk dimutasikan ke Kupang, ibu Kota Provinsi NTT agar bisa melanjutkan pendidikannya sesuai cita- cita dan harapan yang telah mantap ia tetapkan.
Suami Antonia Taum dan ayah dari Richo, Rilies dan Rizky ini kemudian pindah ke Kupang bersama keluarga akhir tahun 1995 setelah permohonannya dikabulkan dan dipindahkan ke SMPN 2 Sulamu, Kabupaten Kupang melalui pemerataan guru mata pelajaran. Karena akses ke Kota Kupang jauh (68km) ia baru memperoleh kesempatan melanjutkan kuliah di almamaternya FKIP Undana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris tahun 1999 hingga tahun 2003.  Sejak tahun 2006 ia dipindahkan ke SMPN 1 Sulamu dengan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah. 

Rupanya Dewi Fortuna saat itu sedang berpihak pada putra yang menghabiskan masa kecilnya di Karawutung, Pulau Solor ini. Ia lulus seleksi dan mendapatkan beasisiswa dari Kementerian Pendidikan Nasional, Oktober 2010. Ia melanjutkan S2 pada program Magister Managemen Universitas Gadjah Mada Konsentrasi Managemen Kepengawasan Pendidikan dan diselesaikan pada Mei 2012.
Ia aktif menulis artikel tentang pendidikan untuk beberapa media cetak lokal dan nasional. Beberapa tulisannya diekspos di media lokal seperti Pos Kupang, Flores Pos, Majalah Cakrawala NTT dan Media Nasional Majalah Educare.  Selain itu, hasil pemeikiran dan penelitiannya dimuat di Jurnal PTK (Dirjen Dikmen Depdiknas RI), Educare (Kanwil Kemenag Provinsi NTT) dan Pendidikan (FKIP Universitas Nusa Cendana Kupang) Salah satu Best Price  yang dilakukannya sebagai guru dituangkannya dalam makalah dengan judul Penggunaan Facebook untuk Peningkatan Vocabulary Mastery. Tulisan tersebut terpilih menjadi makalh terbaik dalam kegiatan Simposium Nasional Inovasi Pendidikan Tahun 2015. Buku Kiat Sukses Publikasi Ilmiah Guru  adalah buku pertamanya dan merupakan kumpulan karya ilmiah pengembangan profesinya sebagai guru.  Karya ini mengantarnya memperoleh kenaikan jabatan fungsional guru Pembina Tingkat I (Golongan/ ruang IV/b) pertama di Kabupaten Kupang awal tahun 2009. 
(Thomas Akaraya Sogen (Tengah) didampingi Maksimus Masan Kian (Kanan) Ketua Agupena Flotim dan   Adi Da Silva (Kiri) Wakil Ketua Agupena Lembata pada Momentum Munas Agupena Pusat I)

Kegigihan dan ketulusannya berbagi dalam dunia pendidikan dan dunia menulis inilah kemudian Ia mendapat kepercayaan menjadi Ketua Agupena Wilayah NTT Periode 2014-2018, sekaligus menjadi Ketua Dewan Redaksi Jurnal  Ilmiah Pen@ guru yang dikelolah dan diterbitkan oleh Agupena NTT, dalam jabatan ini, Bapak Thomas Akaraya Sogen menjadi instruktur provinsi kurikulum SMP dan menjadi narasumber Penulisan Karya Ilmiah pada kegiatan – kegiatan guru di Kabupaten/ kota Se- Provinsi NTT. Berkat perjuangannya juga tepat tanggal 1 April 2017 kemarin Ia mendapat kenaikan fungsional guru golongan/ ruang IV C. Orang kedua di NTT yang meraih pangkat dan golongan ini.
Selamat bertugas Bapak Thomas Akaraya Sogen. Bapak telah mengajarkan kepada kami tentang arti sebuah perjuangan. Hidup memang butuh perjuangan. Untuk meraih sesuatu harus dengan kerja keras dan penuh kesabaran.Semua yang didapatkan tidak jatuh sedirinya dari kolom langit. Pada posisi puncak seperti ini, tetaplah berguru pada ilmu padi. “Semakin berisi semakin merunduk”. Selamat bertugas di tempat yang baru dengan semangat yang sama. Profisiat!!