Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) di Kecamatan Demon Pagong tahun ini terasa begitu
istimewa. Di halaman SMAN 1 Demon Pagong, ratusan guru dari berbagai jenjang
pendidikan berkumpul dalam suasana penuh haru dan kebanggaan. Mereka datang
bukan hanya untuk mengikuti apel peringatan, tetapi untuk merayakan perjalanan
panjang Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang telah memasuki usia ke-80,
usia emas yang menjadi simbol keteguhan dan pengabdian tanpa batas.
Kemeriahan perayaan
sudah terasa sejak langkah pertama para tamu kehormatan memasuki area acara.
Tarian Penjemputan yang anggun, dibawakan oleh siswi-siswi SMAN 1 Demon Pagong,
mengiringi kedatangan para tokoh penting: Plt. Camat Demon Pagong Fransiskco Advento
Fernandez, ST; Ketua PGRI Cabang Didimus Kuda Lein, S.Pd; Kepala Puskesmas
Andreas Sadipun, A.Md.Kep; Kapospol Demon Pagong Antonius T. Kabelen; serta
seluruh kepala sekolah dari TK hingga SMA/SMK di wilayah tersebut. Penyambutan
adat ini menghadirkan nuansa kebudayaan yang kuat, menyatukan pendidikan dan
tradisi dalam satu bingkai yang indah.
Ketika upacara
dimulai, suasana berubah menjadi lebih khidmat. Plt. Camat Fransiskco Advento
Fernandez, ST, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara, menyampaikan pidato
reflektif yang menyentuh banyak hati. Ia menekankan bahwa usia 80 tahun bukan
hanya angka, tetapi perjalanan panjang penuh perjuangan yang telah meneguhkan
posisi PGRI sebagai organisasi pemersatu para pendidik di Indonesia. Ia
menggambarkan bagaimana guru sejak masa awal kemerdekaan telah berada di garis
depan, bukan dengan senjata, tetapi dengan kapur tulis, pena, dan kini
teknologi, untuk memerangi kebodohan dan membangun peradaban bangsa.
Dalam nada syukur
dan kerendahan hati, Camat Fernandez tidak hanya berbicara sebagai pejabat
pemerintah. Ia berbicara sebagai seorang anak bangsa yang merasakan langsung
sentuhan para guru dalam hidupnya. Dengan suara tegas namun sarat emosi, ia
menegaskan bahwa tidak ada jabatan atau profesi mulia di kecamatan tersebut baik
Camat, Dokter, Polisi, Perawat, Bidan, maupun Pengusaha, yang tidak lahir dari
kerja keras dan dedikasi seorang guru. Ucapan itu membuat hadirin tersenyum
bangga, seolah diingatkan kembali pada betapa besar pengaruh mereka bagi masa
depan banyak orang.
Menutup amanatnya,
Plt. Camat menyampaikan pesan sederhana namun sangat mendalam: agar para guru
tidak pernah lelah menjadi pelita bagi anak-anak Demon Pagong. Guru bukan hanya
penyalur ilmu, tetapi pembentuk karakter. Oleh karena itu, ia mengajak para pendidik
untuk terus membimbing generasi muda agar tidak hanya cerdas dalam pikirannya,
tetapi juga mulia dalam perangainya.
Perayaan HUT PGRI ke-80 di Demon Pagong pun menjadi lebih
dari sekadar seremoni tahunan. Ia menjadi momen kebangkitan semangat, pengikat
solidaritas, dan pengingat akan tugas mulia yang terus diemban para guru. Di
tengah perkembangan zaman dan tantangan pendidikan yang semakin kompleks, para
pendidik di Demon Pagong kembali diteguhkan bahwa mereka adalah pilar utama
peradaban. Dan dari Demon Pagong, semangat itu terus menyala menyinari masa
depan pendidikan Flores Timur dan Indonesia. (Penulis, Novi Andriani-Pengurus
PGRI Kab. Flores Timur)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar