Senin, 24 November 2025

Semangat 80 Tahun PGRI di Demon Pagong: Sebuah Perayaan yang Menghangatkan Hati

 

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Kecamatan Demon Pagong tahun ini terasa begitu istimewa. Di halaman SMAN 1 Demon Pagong, ratusan guru dari berbagai jenjang pendidikan berkumpul dalam suasana penuh haru dan kebanggaan. Mereka datang bukan hanya untuk mengikuti apel peringatan, tetapi untuk merayakan perjalanan panjang Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang telah memasuki usia ke-80, usia emas yang menjadi simbol keteguhan dan pengabdian tanpa batas.

Kemeriahan perayaan sudah terasa sejak langkah pertama para tamu kehormatan memasuki area acara. Tarian Penjemputan yang anggun, dibawakan oleh siswi-siswi SMAN 1 Demon Pagong, mengiringi kedatangan para tokoh penting: Plt. Camat Demon Pagong Fransiskco Advento Fernandez, ST; Ketua PGRI Cabang Didimus Kuda Lein, S.Pd; Kepala Puskesmas Andreas Sadipun, A.Md.Kep; Kapospol Demon Pagong Antonius T. Kabelen; serta seluruh kepala sekolah dari TK hingga SMA/SMK di wilayah tersebut. Penyambutan adat ini menghadirkan nuansa kebudayaan yang kuat, menyatukan pendidikan dan tradisi dalam satu bingkai yang indah.



Ketika upacara dimulai, suasana berubah menjadi lebih khidmat. Plt. Camat Fransiskco Advento Fernandez, ST, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara, menyampaikan pidato reflektif yang menyentuh banyak hati. Ia menekankan bahwa usia 80 tahun bukan hanya angka, tetapi perjalanan panjang penuh perjuangan yang telah meneguhkan posisi PGRI sebagai organisasi pemersatu para pendidik di Indonesia. Ia menggambarkan bagaimana guru sejak masa awal kemerdekaan telah berada di garis depan, bukan dengan senjata, tetapi dengan kapur tulis, pena, dan kini teknologi, untuk memerangi kebodohan dan membangun peradaban bangsa.

Dalam nada syukur dan kerendahan hati, Camat Fernandez tidak hanya berbicara sebagai pejabat pemerintah. Ia berbicara sebagai seorang anak bangsa yang merasakan langsung sentuhan para guru dalam hidupnya. Dengan suara tegas namun sarat emosi, ia menegaskan bahwa tidak ada jabatan atau profesi mulia di kecamatan tersebut baik Camat, Dokter, Polisi, Perawat, Bidan, maupun Pengusaha, yang tidak lahir dari kerja keras dan dedikasi seorang guru. Ucapan itu membuat hadirin tersenyum bangga, seolah diingatkan kembali pada betapa besar pengaruh mereka bagi masa depan banyak orang.

Menutup amanatnya, Plt. Camat menyampaikan pesan sederhana namun sangat mendalam: agar para guru tidak pernah lelah menjadi pelita bagi anak-anak Demon Pagong. Guru bukan hanya penyalur ilmu, tetapi pembentuk karakter. Oleh karena itu, ia mengajak para pendidik untuk terus membimbing generasi muda agar tidak hanya cerdas dalam pikirannya, tetapi juga mulia dalam perangainya.



Perayaan HUT PGRI ke-80 di Demon Pagong pun menjadi lebih dari sekadar seremoni tahunan. Ia menjadi momen kebangkitan semangat, pengikat solidaritas, dan pengingat akan tugas mulia yang terus diemban para guru. Di tengah perkembangan zaman dan tantangan pendidikan yang semakin kompleks, para pendidik di Demon Pagong kembali diteguhkan bahwa mereka adalah pilar utama peradaban. Dan dari Demon Pagong, semangat itu terus menyala menyinari masa depan pendidikan Flores Timur dan Indonesia. (Penulis, Novi Andriani-Pengurus PGRI Kab. Flores Timur)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar