Selasa, 14 Februari 2017

Memilih Pemimpin Yang Membesarkan Rakyat

Oleh: Silvester Petara Hurit
Pemilukada seperti magnet yang menarik perhatian semua orang. Mulai dari tukang sapuh, pejabat tinggi, agamawan, tersedot atmosfer perhelatan politik lima tahunan ini. Konsentrasi, perhatian, strategi, arus uang, manuver- manuver berjalan dengan cara- cara si penyusup atau pahlawan perang. Bukan rahasia lagi bahwa segala cara meraup dukungan ditempuh melalui jalur struktural – formal ataupun acak tak tertebak serupa cara gerilyawan perang menyerang.
Di kalangan pejabat birokrasi, orang kasak kusuk bisik satu sama lain bahwa si ini mendukung pasangan itu, dan si itu diam- diam mendukung pasangan calon yang ini. Tak jarang seperti saling intai. Menunggu momen untuk ‘menusuk’ di tikungan, takkala paket pendukungnya tampil sebagai pemenang.
Atmosfer pemilukada serta segala aktivitas yang terkait dengannya dalam beberapa hal terasa riuh dan ‘mengerikan’. Apalagi di lingkungan birokrasi. Isu mutasi pejabat, entah benar atau tidak, kerap dihubungkan dengan hitung-hitungan pemilukada. Partai- partai besar unjuk gigi. Memperlihatkan kuasa uang, massa, strategi bahkan pamer’kedigdayaannya’Tim sukses masing- masing paket tak jarang sesumbar mengatakan bahwa  mereka bekerja lebih baik dan lebih efektif dari yang lain. Benar apa yang ditulis jurnalis dan novelis Argentina Luisa Valenzuela bahwa dunia kini sedang bernapas politik : Berak politik.
Bukan Hanya Politik dan Pemerintah
            Lepas sejenak soal Pemilukada. Dalam setahun terakhir, saya memperhatikan hal- hal kecil yang dilakukan oleh kawan- kawan guru yang berhimpun dalam Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Flores Timur. Dalam segala keterbatasan, beberapa diantara mereka begitu giat mengkampanyekan gerakan literasi. Melakukan diskusi, pelatihan menulis, membagikan majalah, buku ke sekolah- sekolah. Maksimus Masan Kian, Pion Ratuloly, Amber Kabelen, Tobias Ruron, Jemmy Paun, adalah beberapa diantara mereka yang giat menulis. Para guru muda tersebut menyadari betapa pentingnya belajar terus menerus mengasah diri dan mengajak lebih banyak orang untuk melakukannya. Peningkatan kualitas diri akan berdampak terhadap kualitas kerja di masa mendatang.
            Dukungan yang dilakukan terhadap apa yang dilakukan kawan- kawan Agupena terlalu senyap jika dibandingkan dengan hangatnya atmosfer dukungan pemilukada. Mungkin karena para guru tersebut bukan termasuk bagian penting dari lingkaran kekuasaan. Padahal pertumbuhan individu akan berkontribusi besar di lingkungan/ oraganisasi kerja.Komunitas minta, hobi dan profesi adalah ruang belajar dan bergaul yang efektif dalam menopang pekerjaan.
            Tak banyak pejabat, termasuk anggota DPRD Flores Timur yang memandang strategis tumbuhnya kelompok atau organisasi serupa. Padahal daerah ini tertinggal dalam banyak hal.  Butuh lebih banyak belajar dan bekerja serta bergiat di pelbagai organisasi demi menopang profesionalisme kerja.
            Kegairahan belajar akan berdampak pada kualitas kerja. Segala program dan jabaran teknis dimulai dari konsepesi. Jika minim pengetahuan maka persoalan tidak bisa dibaca, dianalisis secara tajam, mendasar dan menyeluruh. Dan tentu dampak turunannya sudah dapat ditebak. Pemecahan masalah akan melahirkan masalah baru.
            Dari masa ke masa anggaran terus dikucurkan.Namun dalam banyak hal kita seakan tak banyak beranjak. Tak sedikit program dan regulasi merupakan hasil copy paste.Maka studi banding atau sejenis perjalanan dinas ke luar daerah jadi tren dalam merumuskan soal- soal sederhana yang spesifik daerah kita.
            Semua orang tahu peran dan pengaruh kekuasaan politik. Namun harus diingat bahwa politik bukan satu- satunya jalan untuk mengantar daerah ini ke arah yang lebih baik. Pemegang kekuasaan politik ataupun pemerintah bukan segala- galanya, Sektor swasta, usaha jasa, profesional, intelektual, komunitas kreatif juga punya peran besar dalam mendorong percepatan pembangunan daerah. Gairah berkumpul dan berorganisasi di pelbagai bidang profesi diperlukan dalam upaya pendidikan dan pencerdasan masyarakat.
Menjatuhkan Pilihan
Menjatuhkan pilihan politik khusus di Lewotana Flores Timur untuk kepemimpinan kepala daerah 5 tahun ke depan mesti ditempatkan dalam kesadaran pertumbuhan daerah ke masa yang akan datang. Pemimpin daerah di masa depan adalah pemimpin yang tak henti – hentinya memupuk daya hidup masyarakat. Mendorong geliat ekonomi melalui usaha kecil, kelompok- kelompok kategorial, komunitas – komunitas kreatif, pelaku usaha jasa, kalangan intelektual, profesional dan tenaga trampil. Pemerintah cukup merangsang, menciptakan kebijakan yang mendorong masyarakat berusaha membangun dirinya.
Pemerintah dan partai politik harus berani menjadi ‘kecil’ supaya masyarakat menjadi besar. Pemimpin daerah ke depan tidak lagi tampil berwajah penguasa. Karena penguasa suka bikin masyarakat jadi ‘lembek’ dan merasa ‘kecil’ sehingga banyak berpasrah harap pada bantuan pemerintah. Di saat – saat tampan, ketika masyarakat dalam situasi – situasi sulit, mereka lantas tampil sebagai penderma/penyelamat yang murah hati. Mantranya sederhana: kemiskinan dan kepicikan harus dirawat supaya sang pemimpin tetap tampak heroik!
Pemimpin lima tahun ke depan harus jadi teladan pemikiran dan kerja keras. Menghargai prestasi dan kompetensi. Mendidik dan mengajar masyarakat akan pentingnya belajar, bekerja keras dan saling topang. Mendidstribusikan tugas dan peran membangun daerah secara proposional ke semua pihak. Mengajak generasi muda akan pentingnya bermimpi dan berpikir besar serta berusaha sekuat mungkin melakukan pekerjaan –pekerjaan besar. Mencapai prestasi terbaik di pelbagai bidang usaha yang digelutinya. Maka sedapatnya, dengan hati dan pemikiran jernih, kita masuk ke bilik pencoblosan, menjatuhkan pilihan pada paket yang dinilai memahami pentingnya membesarkan masyarakat, bukan diri, partai, kelompok ataupun keluarganya, apalagi mewarisi tradisi murahan: balas budi dan balas dendam!***
Sumber: Flores Pos edisi Kamis, 14 Februari 2017. Halaman 12.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar