Ina Santi Sima Gama...
Pada beranda malam, dikawani nyala pelita yang meliuk seirama terpaan angin malam, kutulis secarik rangkuman rindu guru-guru kampung dan anak-anak kampung. Rindu yang masih mengental di kota Reinha. Rindu yang kami pasung pulang hingga di pelosok Flores Timur.
Ina Santi Sima Gama...
Sudah dua hari berlalu namun aroma senyummu masih langgeng di serambi kota Larantuka. Sudah tiga malam sarung (bingkisan dari seorang ayah) memintal tubuhmu (anaknya) menuju pulang namun semangatmu masih hangat di bilik pelosok ini. Indah bola matamu masih menyisahkan binar. Hembus lembut ucapmu masih meninggalkan kemilau. Rindu ini semacam candu, ucap seorang ina guru.
Ina Santi Sima Gama...
Engkau begitu anggun diapiti lelaki Lamaholot. Nyalimu melenggang anggun di kerumunan. Khasiat kata-katamu mengasup pelan, merasuk rusuk ama-ama guru. Kiat kalimatmu menghembus halus, membelai gemulai hati ina-ina guru. Sehari seolah tak cukup memadai hingga sebagian peserta masih ingin mengabadikan kebersamaan dalam berlembar-lembar kisah bergambar. Saya yakin, bukan lantaran rupa menawanmu semata namun jalan yang sedang engkau tapaki kini mulai menyulut semangat ina-ina guru, siswa/i dan tak ketinggalan ama-ama guru. Penulis perempuan yang rela berbagi dengan tulus itu, seksi, ungkap seorang ama guru yang tak mau dituliskan namanya.
Ina Santi Sima Gama...
Tutur jujur katamu membenih di sini teristimewa pada taman jiwa kaum hawa. Jengkal langkahmu mengukir jejak di pantai Nagi. Jejak itu akan melacakmu kembali ke lapak tanah ini. Suatu masa, engkau akan menyaksikan penulis muda perempuan menumbuh di Nagi. Benih inspirasi yang kita tabur akan mekar bersama waktu. Pupuk pohon ini adalah kolaboratif kreatif dari pemilik hati yang tulus dan sudi judi badan bersama waktu karena bagi mereka yang tulus berbagi, waktu adalah keabadian.
Ina Santi Sima Gama...
Bangga mendengar ceritamu bahwasannya panggilan jiwa menuntunmu ke tempat ini. Kami tak memberikan bingkisan yang lasim karena kami guru-guru kampung biasa. Kami titip seabrek rasa melalui keping-keping kata yang menata diri dalam aransemen hentakan irama literasi. Sekelumit cerita bahagia ini adalah milik semua kita, pemilik jiwa yang rela memberi diri demi orang lain. Benar kata, Pimred MPC NTT, Kaka Gusty, lelaki yang tak purna ceria itu jikalau ini adalah mimpi kita semua. Mimpi itu mulai terurai. Bersama kita pasti lebih mampu.
Ina Santi Sima Gama...
Dari pinggiran Flores Timur, kami lantunkan santun terima kasih atas kebersamaan yang begitu bersahaja sembari menyisipkan asa kiranya, Matamu Menatap, Hatimu Menetap. Ibu Bumi bimbing juangmu, Perempuan Pena. Amin
#Salam Angkutan Pedesaan#(Amber
Kabelen/ Wakil Ketua Seksi Dokumentasi dan Publikasi Agupena Flores Timur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar