Minggu, 10 Juni 2018

Perjuangan Seorang Stephanus Ola Hingga Mencicipi Kesuksesan

Hari hari ini, nama Stephanus Ola Demon,ST ramai diperbincangkan di tengah masyarakat Adonara khususnya dan Flores Timur pada umumnya. Putra Lamanele, Ile Boleng Adonara yang lahir di Sandakan 9 September 1974 ini dikenal karena jasanya menghadirkan PT. Bumi Indah di Pulau Adonara Tanah Lamaholot, yang berperan besar dalam perbaikan jalan (hotmiks) di sekian titik jalan di Adonara, Solor, dan Flores Daratan yang sebelumnya mengalami kerusakan cukup parah.

Saya sendiri mengenal Stefanus Ola, untuk pertama kalinya tahun 2017, di Desa Lamahelan saat saya membawahkan materi tentang Jurnalistik untuk pelajar se Kecamatan Ile Boleng yang diselenggarakan Angkatan Muda Adonara (AMA) Kupang. Beliau kala itu hadir bersama rombongan Wakil Bupati Flores Timur, dan Camat Ile Boleng yang akan meresmikan Pondok Baca Lamahelan.

Kami bertemu untuk kedua kalinya, Jumat (25/5/18) di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Saya baru saja tiba, setelah mengakhiri Kegiatan Seminar Nasional yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Nasional, sementara beliau baru saja mengahadiri Kegiatan Tenaga Ahli dan Keterampilan (Takonas) dalam kapasitas sebagai Ketua DPD Takonas NTT, periode 2017- 2022. 

Dalam obrolan kami kurang lebih 2 jam menunggu penerbangan Jakarta- Surabaya - Kupang, ada banyak nilai perjuangan yang kami petik. Jika hari ini, ia boleh berjaya mencicipi hasil kerjanya, itu karena perjuangannya yang berdarah darah di masa yang lalu. Segala kepahitan, sakit dan kesulitan dalam hidup telah dirasakan hingga kemudian menghantar masa bahagiannya kini.

Stef Ola, dilahirkan di Sandakan Malaysia dari rahim Ruth Sanfa (72) dan Bapa Bernadus Lewun Duhan (74). Anak ke 2 dari 4 bersaudara. Memasuki usia 5 tahun, ia dihantar ke kampung Lamanele, dan di asuh oleh keluarga dari Bapanya. Alasan menghantarnya kembali ke kampung saat itu karena Bapa dan Mamanya sibuk kerja di Malaysia. Ia tumbuh tanpa mendapatkan didikan secara langsung dari orang tuannya. Untuk kondisi ini, bagi Stef adalah ujian dan terus memampuhkan dia untuk bisa mandiri. Ditangan keluarga Bapanya di kampung halaman, ia mulai memasuki usia sekolah di SDK Pukaone, tamat 1988, SMP Swasta Ile Boleng, tamat 1991 hingga melanjutkan pendidikan SMA di SMA Kristen 1 Kupang, tamat 1994. Ada niatnya saat itu untuk masuk ke Seminari Hokeng dengan cita cita menjadi seorang Imam, namun niat ini gagal, karena proses pengurusan surat permandian dipersulit dengan alasan,bapa dan mamanya berada di Malaysia.

Masa masa sulit saat menempuh pendidikan SMA di Kupang menjadi catatan perjuangan yang menantang. Ia bahkan pernah lari dari rumah keluarganya dan engan untuk sekolah lagi. Beras tidak ada, makan tanpa lauk, tidak mendapatkan kiriman uang dari orang tua, ke sekolah dengan berjalan kaki, jadwal Feri yang tidak tentu yang menyulitkan pengiriman bekal makanan dari kampung, adalah warna warni sulitnya perjuangan hidup mereka saat itu. Bahkan pada suatu waktu, hingga 3 hari lamanya, mereka hanya bertahan dengan makan buah dan daun pepaya.

Kerasnya ini hidup membuatnya belajar sungguh dan rajin mengerjakan pekerjaan apa saja yang dipercayakan. Pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki bagi Stef adalah hal yang sudah biasa dan harus dijalankan dengan senang hati. Pada suatu waktu, Ia mendapat tantangan dari seorang senior namanya Yos Lega (almahrum). Yos Lega saat itu menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang. Ia menantang Stef Ola untuk maju menjadi Ketua OSIS di SMA Kristen 1 Kupang. "Kalau engko hebat, saya mau lihat, bisa menang tidak menjadi Ketua OSIS di SMA Kristen 1 Kupang dengan posisi engko sendiri berhadapan dengan mereka yang mayoritas" ungkap Stef Ola meniru kata kata Yos Lega saat itu. Stef Ola merasa tertantang dan ingin membuktikan bahwa ia bisa menjawabi tantangan itu. Dan hasil perjuangan kerasnya, ia terpilih menjadi Ketua OSIS SMA Kristen 1 Kupang di tahun 1993.

Masa Setelah SMA
 
Setelah tamat SMA, Stef Ola sudah punya niat untuk kuliah, namun terkendala biaya. Orang tuannya pada saat itu, belum menyanggupi keinginannya, karena beban biaya tidak untuk dia sendiri. Ia kemudian memutuskan untuk mengikuti jejak orang tuannya ke Malaysia, tepatnya di tahun 1994.

Di Malaysia, Stef Ola bekerja di Supermarket selama enam (6) bulan. Namun di tempat ini, tidak membuat ia betah karena gaji yang diterima tidaklah seberapa. Oleh keluarga dan rekan rekannya, menganjurkan untuk bekerja di bagian perhitungan dan penomoran kayu balak, yang lokasi kerjanya di hutan. Sesekali baru mereka turun ke kota. Itupun sekedar membeli makanan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari -hari. Stef kemudian bekerja di tempat itu. Dengan sedikit uang yang terkumpul, ditambah pemberian dari orang tua, tahun 1995 ia memilih pulang untuk kuliah. Di tahun itu, Stef menjadi salah satu peserta dari ribuan peserta yang lolos seleksi tes masuk Perguruan Tinggi melalui seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Pilihan jurusanya adalah pertanian, dan lulus di Universitas Patimura Ambon. Kabar baik ini, mendadak dengan pertimbangan pribadi ia batalkan. Menurut Stef, Ambon itu juga di wilayah timur sama dengan NTT, sehingga ia tidak mau kuliah di sana.

Pada kondisi itu, terlintas pikiran akan pekerjaan kontraktor, dimana Stef sendiri mempunyai kenangan tentang pekerjaan ini. Pada suatu waktu di saat masih kecil, ia sempat bertanya tentang hal ini. Pertanyaannya demikian, mereka yang kerja di bagian kontraktor itu gelarnya apa,...? Ia mendapat jawaban bahwa yang kerja di bagian kontraktor gelarnya insinyur. Kenangan itu masih ia ingat. Tentang insiyur adalah sebuah gelar yang oada saat itu, sangat disebut di kalangan masyarakat sebagai orang yang hebat di bidang pembangunan, termasuk mencontoh pada figur Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, Stef akhirnya memilih kuliah pada Fakuktas Teknik, di Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang. 

Tidak dihantar oleh siapa siapa, ia datang sendiri dan mendaftar di Unika. Di tahun itu, ia sudah memikirkan untuk memiliki aset sendiri. Dengan uang hasil tabungan gaji yang didapat saat bekerja di Malaysia, selain untuk biaya pendaftaran dan biaya lain lain di awal kuliah, Stef Ola menyisihkan sedikitnya uangnya untuk membeli tanah dan langsung membangun sebuah rumah darurat ukuran 4×6 di Kelurahan Oebufu. Memilih di Oebufu karena dengan hitungan rute kendaraan umum satu jalur menuju ke kampus Unika. Rumah yang ditempati ini, kemudian menjadi tempat tinggal bagi banyak mahasiswa dari Adonara yang kesulitan mendapatkan tempat tinggal.

Di kampus, ia berproses dengan baik. Rajin belajar dan aktif di kegiatan ekstra kampus. Hasil dari proses yang baik di kampus, tahun 1998, ia dipercayakan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknik Sipil, dimana pada tahun yang sama, ia memimpin beberapa delegasi HMJ Teknik Sipil untuk mengikuti Kegiatan Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil di Palu. Sekembalinya dari Palu, Ia terpilih menjadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Teknik. 

Sejak menjadi mahasiswa, Stef Ola sudah dipercayakan menjadi asisten dosen. Dengan pengalaman ini, saat beliau menamatkan pendidikan sarjana( S1) di Unika Kupang, ia langsung diangkat menjadi dosen dengan sebutan dosen kontrak. Dosen Kontrak berlaku selama 5 tahun. Di Tahun 2006, ia diangkat menjadi dosen tetap. Sementara menjalankan tugas sebagai dosen, sejak 2005, ia sudah berpengalaman bergulat dalam dunia proyek dan beliau dikenal sangat jago pada bidang hitungan. Dengan kehebatannya ini di Kupang saat itu, ia sangat dikenal, termasuk orang orang di PT. Waskita Karya. 

Suatu waktu, ada komunikasi antara Pimpinan PT. Bumi Indah dan PT. Waskita Karya. PT. Bumi Indah, Pimpinan Melkianus Lubalu yang saat itu tinggal di Waetabula Pulau Sumba, sedang mencari seorang tenaga yang dapat membantu mengurus perusahannya. Waskita Karya, mendorong nama Stefanus Ola Demon untuk bisa berkomunikasi dengan Melkianus, Pimpinan Bumi Indah. Yang masih diingat Stef Ola adalah Ia ditelpon Pa Melkianus untuk bertemu di Rumah Makan Nelayan. "Saya waktu itu, sangat gugup ditelepon oleh seorang Pimpinan Bumi Indah. Terlebih lagi diminta untuk langsung ketemu di Rumah Makan Nelayan yang mana, selama ada di Kupang, saya belum pernah satu kalipun masuk di tempat itu. Dengan menumpangi angkutan kota saya beranjak menuju ke Rumah Makan Nelayan. Seingat saya, sendal yang saya gunakan waktu itu adalah sendal jepit biasa merek swalo. Saat tiba, saya melihat beberapa orang dengan setelan pakian cukup elit dan berwibawa. Dengan langkah malu malu sambil memperhatikan pakian yang saya kenakan waktu itu, akhirnya sampai juga dihadapan mereka. Mereka yang berada di hadapan saya saat itu adalah orang orang asing, karena sebelumnya saya tidak pernah ketemu. Mendengar nama juga tidak. Baru saja saya duduk, tanpa basa basih, Pimpinan Bumi Indah langsung mendaratkan pertanyaan yang bunyinya demikian "Kira kira bisa bantu saya, atur saya punya perusahan?" Saya kemudian menceritakan kepada Bapa Melkianus bahwa saya adalah seorang dosen. Sehingga harus punya waktu tetap mengajar di kampus. Saya membuat penawaran, jika Bapa Melkianus mau, saya akan membagi waktu dua minggu saya mengajar dan dua minggu saya bantu Bapa Melkianus. Mendengar jawaban itu, Ia melanjutkan pertanyaan, kamu mau saya gaji berapa...? Untuk pertayaan ini, saya jawab saya tidak butuh digaji. Hargai saya sepadan dengan apa yang saya kerjakan. Terjadi kesepakatan hari itu, dan saya siap bantu sama sama mengurus PT. Bumi Indah yang kala itu berlokasi di Sumba. 2 minggu saya mengajar, dan dua minggu saya bekerja di Bumi Indah, tutur Stef Ola.

Baru bekerja 3 hari, ia langsung diberi kesempatan pelatihan tenaga ahli tingkat nasional yang terjadi di Kupang.Kegiatan itu diselenggarakan oleh Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI). Peserta rata rata adalah magister magister teknik. Stef sendiri yang Sarjana. Diakhir kegiatan dilakukan post tes dan ia berhasil meraih juara I dengan nilai hasil tes tertinggi. Pa Ming, sapaan, Melkianus sangat senang mendengar kabar itu, dan Stef diberikan hadiah sebuah Motor baru Jupiter X. Sejak itu untuk pertama kalinya ia mengendarai sepeda motor. Sebuah kisah perjuangan yang luar biasa.

Lokasi kerja mereka saat itu lebih banyak di Pulau Sumba. Membangun jalan (hotmiks), membangun bandara, pelabuhan laut adalah pekerjaan sehari hari yang dilakukan oleh Stef bersama dengan teman temannya. Kepercayaan yang ia emban adalah, Kepala Proyek (General Superintenden). Ia dikenal sebagai pekerja keras yang jujur, dan bertangungjawab. Dalam hal penggunaan uang, setiap kali pembelajaaan, satu senpun ia kembalikan. Karakter ini yang membuat Stef Ola dikenal sebagai anak kesayangan dari Pa Melkianus Pimpinan Bumi Indah. Setiap idenya pasti dipertimbangkan dan diterima untuk dijalankan. Ia juga selalu mendapat kepercayaan untuk melakukan survei survei di daerah daerah baru yang akan dibangun kerja sama untuk pembangunan jalan, bandara atau pelabuhan laut di daerah. Tahun 2010, ia menyampaikan idenya berkaitan dengan sudah saatnya, PT. Bumi Indah ekspansif mengembangkan sayap pelayanan ke wilayah lain di NTT. Ide ini kemudian diterima, dan di tahun 2010, PT. Bumi Indah memenangkan tender pembangunan Pelabuhan Feri Adonara, diantara Desa Tuwagoetobi Kecamatan Witihama dan Desa Duabelolong, Deri Kecamatan Ile Boleng. Memenangkan tender untuk pembangunan di Pulau Adonara, bagi Stef adalah berkat, karena selama ini ia hanya mengabdi di tempat lain. "Mendapat proyek di Adonara, bagi saya adalah berkat. Bahwa selama ini saya hanya mengabdi di tanah orang, kali ini saya sunguh sunguh membangun untuk lewotana, kata Stef

Memang ada tantangan saat pertama ke Adonara dan akan memulai pengerjaan Pelabuhan Feri Adonara, namun atas ketulusan niat dalam membangun, jalan terbuka diperoleh dan pelabuhan feri dibangun tepat pada waktunya,dengan kualitas bangunan yang luar biasa. Untuk kualitas bangunan, Frans Lebu Raya, Gubernur NTT, juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih. Saat menyelesaikan pembangunan di Adonara, bersamaan juga pengembangan Bandara Frans Seda Maumere dan Pelabuhan Wuring.

Setelah Pembangunan Pelabuhan Feri Adonara, rahmat terus berdatangan. Ruas ruas jalan kabupaten, jalan propinsi strategis nasional yang dulunya rusak parah mualai dibangun dengan kualitas tinggi. Kemudahan pembangunan ini, berkat tersediannya semua fasilitas dan bahan bahan bangunan yang langsung ada di Pulau Adonara. Ruas ruas jalan yang dibangun saat ini, selain sekian titik lain yang juga sedang mengalami perbaikan diantaranya, jalan kabupaten (Baowutung Ile Boleng, Nihaone, Boleng, Meko, Bani, Simpang Karing ke Tapobali), Jalan Propinsi (Wailebe, Banione, Waiwerang) dan Jalan Strategis Nasional (Wailebe, Koli, Mangaale Waiwadan,Lagaloe) dan lain - lain di Pulau Solor dan Flores daratan. Rencana akan dihotmiks juga jalur jalan dari Waiwadan menuju ke Bukit Seburi.

Stef Ola, dalam pengakuannya senang dengan apresiasi yang selalu ia dapatkan dari masyarakat, kapan dan di manapun saat bertemu. Banyak warga juga tidak mengira, yang namanya Stef Ola orangnya seperti itu. "Saya dibanyak tempat ditegur, disapah dengan sangat akrab dan santun. Beberapa kali di acara penguburan orang mati, saya mendengar langsung nama saya diperbincangkan walau mereka belum mengenal saya. Mendengar ungkapan ungkapan polos dari mereka saya sangat senang dan puas. Bagi saya, itu adalah doa. Pernah saya mendengar ungkapan seperti ini "Ternyata hotmiks kami baru tahu ini" pernyataan ini lahir disaat mereka membandingkan pengerjaan hotmiks jalan yang dikerjakan sebelumnya dan yang kami Bumi Indah kerjakan, kata Stef.

Selain apresiasi, kritikan juga menjadi bagian dari konsekwensi kerja. Tidak sedikit, warga yang awam tentang pembangunan yang dilaksanakan kemudian membuat pernyataan pernyataan yang terkesan subyektif dan kabur. Misalnya soal lebarnya jalan, ketebalan hotmiks,sumber anggaran dan volume kerja serta banyak hal lainnya. Stef melakukan beberapa penjelasan diantaranya, Jika sumber dana APBN maka full desain dengan sistem 272. Artinya, aspal jalan 7 meter dan bahu jalan kiri 2 meter dan kanan 2 meter. Jika Sumber dananya adalah APBD I maka dibangun dengan sistem 1 4 1/2 1 atau aspal jalan 4 1/2 meter dan bahu jalan kiri 1 meter kanan 1 meter. Sedangkan kalau sumber dana APBD 11 maka menggunakan sistem 1 3 1/2 1. Jika menggunakan APBN 4-5 Miliar untuk mengerjakan hotmiks jalan sepanjang 1 km, sementara APBD 1 dan II, untuk pengerjaan jalan sejauh 1km membutuhkan biaya berkisar antara 2 -3 1/2 miliar. 

Ada satu prinsip yang selalu dipegang oleh Stef Ola dalam bekerja adalah, melakukan setiap pekerjaan dengan jujur. "Kita kerja lancar, habis tepat pada waktunya kalau kita kerja sesuai dengan Spek yang telah ditetapkan. Jangan berusaha untuk menekan biaya untuk kepentingan pribadi atau kelompok kelompok tertentu, itu hanya mempersulit diri sendiri. Yang kita kerjakan ini adalah fasilitas publik, untuk kepentingan publik. Kepentingan ribu ratu, maka mesti dikerjakan dengan sungguh sungguh, jujur dan bertangungjawab, "tegas Stef.

Pengabdiannya yang luar biasa untuk Lewotana patut diacungkan jempol. Karya besarnya di luar daerah, berani ia dorong untuk pembangunan di Adonara, pembangunan di Flores Timur.

Kerja kerasnya, kini Stef Ola diangkat menjadi General Manager. Ia kemudian melanjutkan pendidikan Magister Teknik di Universitas Atmajaya 2015 dan mendapat gelar Magister Teknik di tahun 2017. Di tengah kemajuan kerja bersama Bumi Indah, ia tetap setia menjadi dosen. Alasannya sederhana, sumber ilmu itu ada di lingkungan akademik yakni di universitas, karena itu, ia tetap memilih menjadi dosen.Selain itu, di ruang kuliah ia diperkaya dengan ide dan ilmu dari mahasiswanya sendiri. "Tetap menjadi dosen, mau memberi pesan bahwa pekerjaan dosen itu mulia, dan tamatan di Universitas lokal (Unika) bisa bersaing ke kanca nasional. Pembangunan pelabuhan feri di Adonara sampai selesai murni mengandalkan insiyur insiyur dari NTT. Kita juga bisa berkompetisi,"kata Stef.

Dibalik kesuksesannya, ia didukung oleh istrinya, Theresia Setya Ningrum (32) dan 3 (tiga) anaknya, Isidorus Witak (9), Stefani Witin (5) dan Gemaraina Witak (1). Kisah perjuangan hidup, dan pengalaman kerja dari Stefanus Ola Demon,seorang anak kampung dari Pulau Adonara ini bisa diteladani, menjadi motivasi dan inspirasi untuk generasi muda Flores Timur pada khusunya dan NTT pada umumnya.* (Maksimus Masan Kian)

1 komentar:

  1. Hebat pak stefanus,jangan lupa saya ketika mau kerja bendungan mbay nagekeo karena saya pernah kerja bendungan telibang tuaran sabah malaysia,tks.

    BalasHapus