Senin, 28 Agustus 2017

Dibalik Nama Danau Asmara

Danau Asmara, merupakan penyebutan lain dari Danau Waibelen.  Terletak diantara Desa Waibao dan Desa Riangkeroko Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur.
Menurut legenda, Danau Waibelen (Wai : Air dan Belen: Besar/ luas) muncul atau terbentuk dari robohnya gunung dan membentuk kawah besar, yang terisi oleh air hujan. 

Menurut penuturan dari Bapak Kanisius Kraeng Maran, Antonius Tuan Nitit, dan Matias Raja Koten yang ditemui di Riangpuho, Desa Waibao menuturkan, Penyebutan Danau Waibelen menjadi Danau Asmara terjadi sekitar tahun 1974. Berkisah dari sepasang sejoli yang lagi dimabuk asmara nekat bunuh diri di ditengah Danau Waibelen. Sepasang sejoli ini, Pria bernama Lio kelen dan Perempuan bernama Nela Kelen (kelen kaja). Mereka masih memiliki hubungan keluarga, sehingga hubungan mereka  tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Keduannya, berasal dari kampung yang sama yaitu tengadei di desa Waibao.
Danau Waibelen kala itu, menjadi satu- satunya sumber air bagi masyarakat Desa Waibao yangh terdiri dari kampung Keka, Tengadei, Riangpuho, dan Lebao. Setiap hari, mereka turun ke danau untuk mengambil air, memenuhi kebutuhannya sehari- hari, baik untuk minum, mandi ataupun mencuci. Seperti Pemuda dan Pemudi yang lain, Lio dan Nelapun sering ke Danau untuk melakukan aktivitas yang sama.

Dari hari ke hari perjalanan asmara sepasang sejoli ini tetap tidak direstui oleh kedua orang tua mereka.Mendapat penerimaan demikian, sepasang muda – mudi yang dimabuk asmara ini bersepakat membunuh diri di Danau Waibelen, tempat yang hampir setiap hari mereka kunjungi.

Kejadiaan bunuh diri yang dilakukan oleh Lio dan Nela terjadi dengan begitu cepat, karena pristiwa itu, tidak diketahui sama sekali oleh orang disekitarnya. Padahal, kala itu untuk tempat di sekitar danau, selalu ramai oleh warga dengan aktivitasnya. Menurut ceritra, diprediksi, keduanya menyusuri jalan  menurun ke danau pada jalan yang biasa mereka lewati bersama warga lain dari kampung Tengahdei, dan sebelum berjalan masuk dan menceburkan diri ke dalam Danau, mereka beristirahat dan duduk dipinggir Danau.Terbukti dengan ditemukan sepucuk surat dari mereka berdua dipinggir danau yang dijepit di selah pohon tidak jauh dari tempat mereka bunuh diri. Dalam surat mereka menulis singkat yang berbunyi“ Kalau Bapa Mama Mereka ingin mencari emas, maka carilah ke dalam danau” 

Lio dan Nela mati dengan cara berjalan ke dalam danau dan  menceburkan diri ke dalam pusaran danau, mereka ditemukan mati mengenaskan di pinggir danau setelah tiga hari. Dengan pergelangan  tangan keduannya terikat tali gebang. Lio terbaring kaku dengan muka kebawah menghadap ke tanah, sementara tubuh Nela menengadah ke atas.

Sejak pristiwa tragis itu, danau Waibelen seakan berubah nama menjadi Danau Asmara. Warga Desa Waibao, bahkan masyarakat Kabupaten Flores Timur lebih sering menyebut Danau Waibelen dengan Danau Asmara hingga hari ini. Saat ini, di danau Asmara pada sisi tempat tengelamnya sepasang sejoli ini, ditandai dengan tumbuhnya, sebatang pohon kelapa di pinggir danau ( Maksimus Masan Kian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar