Merdeka. Kata ini mekar sejagat Indonesia bertepatan
dengan momentum Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke 72. Aroma perayaan kemerdekaan
terendus dari timur hingga ke barat. Merah Putih tampil lebih ceriah dari pusat
kota sampai ke sudut desa. Aneka perlombaan dan pertandingan gemar digelar dari
tingkat pusat sampai ke pelosok. Warga negara Indonesia melebur subur dalam
euforia tahunan bangsa ini. Tak ketinggalana anak-anak muda di Desa
Narasaosina, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur yang menyuguhkan sebuah
warna kemerdekaan yang tak lasim di jumpai di Adonara.
Ramai irama dalam senandung agung lagu-lagu nasional
melantun santun lewat permainan oragan tunggal dan olahan vokal dari anak muda
menjelang malam. Sebuah gasebo beratap ragam warna meriah memayungi sekelompok
anak muda. Beberapa vespa, sepeda motor klasik berjejer rapih di tepi jalan.
Corak pernak-pernik membingkai malam. Sebuah tiang berpucuk Bendera Merah Putih
mantap menancap. Segerombolan anak muda dari Komunitas Motor Vespa (PESTA)
Adonara, Komunitas Classic Motor (ACM) Adonara, Orang Muda Katolik (OMK) Paroki
Waiwerang kompak berbaur di angkringan De Scoot, milik Marianus Aplonaris Nama
Rarbal di pertigaan jalan trans Waiwerang, Desa Narasaosina pada Kamis malam
(17/8).
Marianus pemuda kampung Narasaosina ini tampil ramah
menyambut kedatanan setiap pengunjung. Sang istri gesit menyiapkan suguhan bagi
para pengunjung. Beberapa pasangan suami istri muda berserta anak turut
melewati malam di angkringan milik sepasang suami istri muda ini. Menu yang
disiapkan sangat sederhana. Kopi asli kampung, gorengan pisang dan ubi dari
kebun milik sendiri. Ramah dan murah senyum. Kesan ini sedap disadap saat
bertandang ke tempat ini. Aris, nama familiar dari Marianus, santu menyajikan
pesanan para tamu. Saat menyajikan makanan dan minuman ringan, mantan mahasiswa
Strata Satu (S1) dari salah satu kampus di Kota Malang, Jawa Timur ini melalu
meluangkan kesempatan beberapa menit untuk berbagi cerita dengan para
pelanggannya.
Salah seorang alumni PANUSA (Paguyuban Nusa Tadon
Adonara) di Malang ini tampak luwes berbagi cerita tentang angkringan yang baru
saja dirintisnya. Tahun kemarin, saya menjadi tenaga honorer di gedung Gelekat
Lewo. Sebagai tenaga honorer yang masih baru, saya menjalani rutinitas serupa
kerja serabutan di bangunan milik masyarakat Flotim yang dititipkan kepada Para
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Saban hari, tugas saya
menjunjung dos aqua dan menyapu halaman di kantor. Kisaran dua bulan lalu, saya
bertemu dengan seorang sahabat. Dia seorang pedagang. Dalam obrolan kami,
sahabat saya melontarkan sebuah kalimat cukup cambuk. "Jangan bangga
menjadi seorang sarjana jikalau tak mampu menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri". Sukses butuh proses. Cobalah memulai sesuatu yang sederhana dari
sekarang. Jalani dengan telaten dan penuh suka cita. Kesuksesan akan menjadi
milik para petarung yang tak urung semangat, kilah sahabat saya.
Setelah berembuk dengan mantan pacar saya, saya
akhirnya mengundurkan diri dari gedung dewan dan kembali ke kampung ketuban.
Angkringan ini baru berjalan seminggu. Sahabat-sahabat saya di Komunitas
Adonara Classic Motor (ACM), Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Waiwerang sering
menyisihkan waktu berkumpul di sini. Tempat nonkrong sederhana ini
mudaha-mudahan menjadi daya pikat bagi anak-anak muda lain yang lebih senang
menghambur waktu dengan hura-hura bahkan huru-hara untuk menjadi ajang berbagi
cerita bersama. Tentu sebagai pemilik angkringan ini, kami pasti segan terhadap
setiap anak muda yang berjunjung saat mereka berpeilaku sopan. Di Adonara
Timur, sudah ada lebih dulu K-TANYA Cafe tepatnya di Desa Lamahala. Selebihnya,
tempat obrolan sederhana anak muda ini bisa menjadi pemantik baik bagi
anak-anak muda di kampung lain teristimewa di Adonara. Tempat semacam ini juga
bisa menjadi media mengurangi stres, menanggalkan konnflik batin agar mencipta
kedamaian di Nusa Tadon Adonara. Ke depan, saya bersama istri berencana
berlangganan surat kabar sebagai pelengkap hidangan di angkringan De Scoot,
urai Ama Aris.
Pada malam ini, De Scoot menghadirkan hiburan untuk
memeriahkan kemerdekaan kita yang sudah mulai rentah. Kemerdekaan dari para
penjajah telah kita terima gratis dari pejuang-pejuang bangsa kita. Memberantas
para penjajah di negara sendiri saat ini lebih sulit ketimbang mengusir para
penjajah jaman dulu. Bagi saya, rasa merdeka itu terasa ada saat kita bisa
keluar dari zona nyaman kita dan belajar memberi diri bagi orang lain. Sebagai
benteng Lewo tana, sebaiknya kita belajar merdeka dari dalam diri sendiri dan
merdeka dari kampung ketuban. (Benediktus
Bereng Lanan – Pengurus Agupena Flotim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar