Jumat, 18 Agustus 2017

Merdeka Di Kampung Ketuban (Obrolan di Angkringan De Scoot)

Merdeka. Kata ini mekar sejagat Indonesia bertepatan dengan momentum Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke 72. Aroma perayaan kemerdekaan terendus dari timur hingga ke barat. Merah Putih tampil lebih ceriah dari pusat kota sampai ke sudut desa. Aneka perlombaan dan pertandingan gemar digelar dari tingkat pusat sampai ke pelosok. Warga negara Indonesia melebur subur dalam euforia tahunan bangsa ini. Tak ketinggalana anak-anak muda di Desa Narasaosina, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur yang menyuguhkan sebuah warna kemerdekaan yang tak lasim di jumpai di Adonara.

Ramai irama dalam senandung agung lagu-lagu nasional melantun santun lewat permainan oragan tunggal dan olahan vokal dari anak muda menjelang malam. Sebuah gasebo beratap ragam warna meriah memayungi sekelompok anak muda. Beberapa vespa, sepeda motor klasik berjejer rapih di tepi jalan. Corak pernak-pernik membingkai malam. Sebuah tiang berpucuk Bendera Merah Putih mantap menancap. Segerombolan anak muda dari Komunitas Motor Vespa (PESTA) Adonara, Komunitas Classic Motor (ACM) Adonara, Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Waiwerang kompak berbaur di angkringan De Scoot, milik Marianus Aplonaris Nama Rarbal di pertigaan jalan trans Waiwerang, Desa Narasaosina pada Kamis malam (17/8).


Marianus pemuda kampung Narasaosina ini tampil ramah menyambut kedatanan setiap pengunjung. Sang istri gesit menyiapkan suguhan bagi para pengunjung. Beberapa pasangan suami istri muda berserta anak turut melewati malam di angkringan milik sepasang suami istri muda ini. Menu yang disiapkan sangat sederhana. Kopi asli kampung, gorengan pisang dan ubi dari kebun milik sendiri. Ramah dan murah senyum. Kesan ini sedap disadap saat bertandang ke tempat ini. Aris, nama familiar dari Marianus, santu menyajikan pesanan para tamu. Saat menyajikan makanan dan minuman ringan, mantan mahasiswa Strata Satu (S1) dari salah satu kampus di Kota Malang, Jawa Timur ini melalu meluangkan kesempatan beberapa menit untuk berbagi cerita dengan para pelanggannya.

Salah seorang alumni PANUSA (Paguyuban Nusa Tadon Adonara) di Malang ini tampak luwes berbagi cerita tentang angkringan yang baru saja dirintisnya. Tahun kemarin, saya menjadi tenaga honorer di gedung Gelekat Lewo. Sebagai tenaga honorer yang masih baru, saya menjalani rutinitas serupa kerja serabutan di bangunan milik masyarakat Flotim yang dititipkan kepada Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Saban hari, tugas saya menjunjung dos aqua dan menyapu halaman di kantor. Kisaran dua bulan lalu, saya bertemu dengan seorang sahabat. Dia seorang pedagang. Dalam obrolan kami, sahabat saya melontarkan sebuah kalimat cukup cambuk. "Jangan bangga menjadi seorang sarjana jikalau tak mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri". Sukses butuh proses. Cobalah memulai sesuatu yang sederhana dari sekarang. Jalani dengan telaten dan penuh suka cita. Kesuksesan akan menjadi milik para petarung yang tak urung semangat, kilah sahabat saya.


Setelah berembuk dengan mantan pacar saya, saya akhirnya mengundurkan diri dari gedung dewan dan kembali ke kampung ketuban. Angkringan ini baru berjalan seminggu. Sahabat-sahabat saya di Komunitas Adonara Classic Motor (ACM), Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Waiwerang sering menyisihkan waktu berkumpul di sini. Tempat nonkrong sederhana ini mudaha-mudahan menjadi daya pikat bagi anak-anak muda lain yang lebih senang menghambur waktu dengan hura-hura bahkan huru-hara untuk menjadi ajang berbagi cerita bersama. Tentu sebagai pemilik angkringan ini, kami pasti segan terhadap setiap anak muda yang berjunjung saat mereka berpeilaku sopan. Di Adonara Timur, sudah ada lebih dulu K-TANYA Cafe tepatnya di Desa Lamahala. Selebihnya, tempat obrolan sederhana anak muda ini bisa menjadi pemantik baik bagi anak-anak muda di kampung lain teristimewa di Adonara. Tempat semacam ini juga bisa menjadi media mengurangi stres, menanggalkan konnflik batin agar mencipta kedamaian di Nusa Tadon Adonara. Ke depan, saya bersama istri berencana berlangganan surat kabar sebagai pelengkap hidangan di angkringan De Scoot, urai Ama Aris.

Pada malam ini, De Scoot menghadirkan hiburan untuk memeriahkan kemerdekaan kita yang sudah mulai rentah. Kemerdekaan dari para penjajah telah kita terima gratis dari pejuang-pejuang bangsa kita. Memberantas para penjajah di negara sendiri saat ini lebih sulit ketimbang mengusir para penjajah jaman dulu. Bagi saya, rasa merdeka itu terasa ada saat kita bisa keluar dari zona nyaman kita dan belajar memberi diri bagi orang lain. Sebagai benteng Lewo tana, sebaiknya kita belajar merdeka dari dalam diri sendiri dan merdeka dari kampung ketuban. (Benediktus Bereng Lanan – Pengurus Agupena Flotim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar