Selasa, 19 September 2017

Anak Yatim Piatu Dalam Sajian Lagu Tina Le (Momen Diskusi Literasi di Riangpuho-Tanjung Bunga)

Kembar bola matanya mengawan seolah sedang mengarak balik secarik kisah yang sedang dilakoninya. Kedua tangannya yang mungil menggenggam senure (sepotong kayu yang dibaluti benang). Bibir tipisnya mendendangkan senandung bahasa daerah dengan terbata-bata. Lidah polosnya mengucurkan syair demi syair. Rintik bening mengaliri pipinya yang tampak kusam. Penampilan siswa kelas V SDN Lebao Tanjung, Adik Jety Aran yang didampingi Anis Kelen dalam sajian lagu Tina Le mampu memasung para narasumber dan peserta diskusi Gerakan Literasi Sekolah (GSL) dalam genang tenang di aula SDI Riangpuho, Kecamatan Tanjung Bunga. 

Pemilik nama lengkap Maria Wunga Aran ini adalah anak keempat dari empat bersaudara. Ibunya bernama Maria Wunga Kelan dan Ayahnya Agustinus Geli Aran. Sang Ibu yang telah menyediakan rahim bagi Jeti tak sempat menyaksikan gelagat lucu sang buah hati. Saat tubuh Jeti mulai tumbuh mekar di pelataran masa depan yang maha luas, kuasa maut meregut Sang Ibu kembali ke taman Firdaus. Saat wangi kasih Ibu dipetik sang Khalik, Jeti hanya bisa menagih ampas-ampas kasih sayang seorang Ibu yang tertinggal pada sosok Sang Ayah. Menafkahi dan mendampingi empat anak dengan peran ganda sebagai Ayah dan Ibu memang tidak lah mudah di tengah belitan kesulitan ekonomi yang semakin ketat.

Segenap persoalan hidup terus membuntuti langkah Sang ayah saat tak ada kuntum senyum Sang Istri yang menunggu di taman rumah. Keempat anaknya mulai menumbuh besar. Sang Ayah, Agustinus memacu semangat demi merintis sebuah tapak juang baru. Agustinus akhirnya memilih meninggalkan keempat anaknya di kampung halaman dan melotre nasib di perantauan dengan dalih memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anaknya.
Kini, Jeti bersama tiga saudaranya merampungkan hari bersama saudari besar dari Mama. Kehampaan kasih dan sayang dari kedua orang tua rupanya tak lantas melantakkan semangat Jeti untuk bersekolah. Perasaan minder yang pernah menyinggahi pikiran dan hati Jeti nan masih gersang mampu digemburkan dengan percikan semangat dari para guru. Aneka citarasa hidup dicicipi Jeti dengan resep percaya diri dari para guru. Jati sangat jujur menjalani keseharian sepolos mimiknya saat membawakan lagu Tina Le. Lagu yang mengisahkan perjuangan seorang anak yatim ini dilantunkan Jeti dengan santun. Kejujuran Jeti mampu menggelitik bilik hati para peserta dan narasumber diskusi. Gerakan Literasi bukan soal membaca buku saja. Kita perlu mendepankan hati untuk membaca segenap persoalan khususnya anak-anak lalu memberi diri memupuk bunga masa depan yang sedang tumbuh pada taman masa depan anak-anak kita, komentar pengacara dengan suara tertatih-tatih disahuti tepukan tangan usai Jeti mengakhiri lagu Tina Le.(Amber Kabelen- Pengurus Agupena Flotim)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar