Sabtu, 23 September 2017

Tambak Garam Waro Desa Halakodanuan Digagas oleh 4 Ibu Rumah Tangga




Mengisi akhir pekan, Sabtu (23/9/17) kami mengunjungi salah satu tambak garam tepatnya di Pantai Waro, Desa Halakodanuan, Kecamatan Ilemandiri. Lokasi persis di pinggir kanan  jalan utama arah dari Kota Larantuka menuju Tanjung Bunga. Kurang lebih 14 Km dari Kota Larantuka.
Di lokasi, kami bertemu dengan 4 Ibu Rumah Tangga (RT) penggagas tambak garam ini. Mereka diantaranya Katarina Kerans (50), Rosa Piran (48), Maria Badin (70) dan Maria Tukan (76). Keempat ibu ini menjalankan usahanya sejak bulan Agustus 2017. Berangkat dari kondisi alam yang kurang mendukung untuk berkebun, ditambah kebutuhan ekonomi yang setiap hari harus dipenuhi, termasuk beban biaya sekolah anak. “Peluang penghasilan dari berkebun sangat kecil. Alam kurang mendukung. Di kebun ada jambu mente namun pada musim tertentu tidak berbuah. Sementara kebutuhan ekonomi harus dipenuhi setiap harinya. Ini yang mendorong kami berinisiatif secara swadaya untuk membuka usaha tambak garam di tempat ini.

Setiap pagi pukul 07.00 Wita, kecuali pada hari Minggu, mereka sudah tiba di lokasi. Tugas Mama Maria Tukan mengumpulkan kayu. Sementara Mama katarina, Rosa Piran dan Maria Badin mengumpulkan tanah yang digunakan untuk menyaring air laut. Keempat ibu yang suaminya adalah petani ini nampak kompak dan ceria menjalankan pekerjaan mereka. Ada tiga tempat yang dibuat pada tiga sudut berbeda untuk menyimpan tanah (tanah pesisir bukan pasir) pada wadah yang disiapkan. Wadah itu terbuat dari anyaman daun lontar dan alasnya dibuat empat tiang. Bagian bawahnya berbentuk keruncut. Wadah tersebut diisi dengan tanah hingga rata. Air laut yang dicedok ditungkan di wadah ini. Dibagian bawah diletahkan ember untuk menampung resapan air pada wadah di atasnya. Setelah air laut tersaring, dipindahkan pada tempat berikutnya yang juga berjumlah tiga. Wadah ini terbuat dari seng polos berbentuk persegi. Diwadah ini akan diisi dengan air resapan pada wadah pertama tadi, dan dipanaskan dengan api. Kurang lebih tiga jam lamanya, menunggu hingga garam terbentuk. Setelah garam terbentuk (airnya mengering) dicedok ke dalam satu wadah lagi tidak jauh dari tungku ini, hingga mengering. Pada bagian ini, garam sudah bisa dinikmati.
Mama Rosa menuturkan, setiap hari, garam yang dihasilkan maksimal dua karung ukuran 20kg. Garam dijual di Pasar Inpres Larantuka dengan harga 10kg Rp. 150.000.”Kalau diantara kami berempat tidak ada halangan misalnya sakit atau urusan keluarga, setiap hari garam yang kami hasilkan maksimal dua karung,ukurang 20kg. Garam kemudian dijual di Pasar Inpres Larantuka dengan  harga Rp.150.000/ 1 karung. Sehingga dalam satu hari, pendapatan kami Rp. 300.000. Hasil yang ada, kami bagi berempat dan sedikit kami sisihkan untuk kebutuhan kami setiap hari, ‘tutur Rosa. 

Garam yang sudah dijual, oleh pembeli pertama dapat menjualnya kembali dengan  ukuran satu rantang seharga Rp. 5000. Namun jika ada yang membeli langsung di lokasi, dilayani dan takarannya lebih banyak dari biasannya. Garamnya asli, bersih dan putih.
Maria Badin mengatakan, hasil penjualan garam, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk membiayai pendidikan anak anak mereka yang saat ini duduk di bangku SMP. “Rejeki yang kami dapat dari usaha ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk membiayai pendidikan anak anak kami yang saat ini duduk di bangku SD dan SMP. Karena keterbatasan biaya, anak anak kami sebelumnya tidak sempat kuliah. Kami berharap dengan menekuni usaha ini, ke depannya bisa kami manfaatkan untuk membiayai anak dan cucu kami yang saat ini di bangku SD, SMP, kata Maria.
Ada secuil harapan untuk pemerintah daerah, jika ada pos anggaran untuk mendukung usaha usaha swadaya masyarakat seperti ini dapat direalisasikan, sebagai dukungan dalam meningkatkan pendapatan. “Usaha kami ini swadaya dan serba terbatas. Jika ada pos anggaran untuk mendukung usaha usaha swadaya masyarakat seperti ini semoga dapat direalisasikan, juga untuk kami, sebagai dukungan dalam meningkatkan pendapatan, misalnya membantu menyiapkan fasilitas yang lebih moderen dan juga membantu membuat kemasan yang lebih menarik untuk mendorong warga membeli garam di tempat ini,tutur Maria. (Maksimus Masan Kian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar