Mengisi akhir pekan, Sabtu
(23/9/17) kami mengunjungi salah satu tambak garam tepatnya di Pantai Waro, Desa
Halakodanuan, Kecamatan Ilemandiri. Lokasi persis di pinggir kanan jalan utama arah dari Kota Larantuka menuju
Tanjung Bunga. Kurang lebih 14 Km dari Kota Larantuka.
Di lokasi, kami bertemu dengan
4 Ibu Rumah Tangga (RT) penggagas tambak garam ini. Mereka diantaranya Katarina
Kerans (50), Rosa Piran (48), Maria Badin (70) dan Maria Tukan (76). Keempat
ibu ini menjalankan usahanya sejak bulan Agustus 2017. Berangkat dari kondisi
alam yang kurang mendukung untuk berkebun, ditambah kebutuhan ekonomi yang
setiap hari harus dipenuhi, termasuk beban biaya sekolah anak. “Peluang
penghasilan dari berkebun sangat kecil. Alam kurang mendukung. Di kebun ada
jambu mente namun pada musim tertentu tidak berbuah. Sementara kebutuhan
ekonomi harus dipenuhi setiap harinya. Ini yang mendorong kami berinisiatif
secara swadaya untuk membuka usaha tambak garam di tempat ini.
Setiap pagi pukul 07.00 Wita,
kecuali pada hari Minggu, mereka sudah tiba di lokasi. Tugas Mama Maria Tukan
mengumpulkan kayu. Sementara Mama katarina, Rosa Piran dan Maria Badin
mengumpulkan tanah yang digunakan untuk menyaring air laut. Keempat ibu yang
suaminya adalah petani ini nampak kompak dan ceria menjalankan pekerjaan
mereka. Ada tiga tempat yang dibuat pada tiga sudut berbeda untuk menyimpan
tanah (tanah pesisir bukan pasir) pada wadah yang disiapkan. Wadah itu terbuat
dari anyaman daun lontar dan alasnya dibuat empat tiang. Bagian bawahnya
berbentuk keruncut. Wadah tersebut diisi dengan tanah hingga rata. Air laut
yang dicedok ditungkan di wadah ini. Dibagian bawah diletahkan ember untuk
menampung resapan air pada wadah di atasnya. Setelah air laut tersaring,
dipindahkan pada tempat berikutnya yang juga berjumlah tiga. Wadah ini terbuat
dari seng polos berbentuk persegi. Diwadah ini akan diisi dengan air resapan
pada wadah pertama tadi, dan dipanaskan dengan api. Kurang lebih tiga jam
lamanya, menunggu hingga garam terbentuk. Setelah garam terbentuk (airnya
mengering) dicedok ke dalam satu wadah lagi tidak jauh dari tungku ini, hingga
mengering. Pada bagian ini, garam sudah bisa dinikmati.
Mama Rosa menuturkan, setiap
hari, garam yang dihasilkan maksimal dua karung ukuran 20kg. Garam dijual di
Pasar Inpres Larantuka dengan harga 10kg Rp. 150.000.”Kalau diantara kami
berempat tidak ada halangan misalnya sakit atau urusan keluarga, setiap hari
garam yang kami hasilkan maksimal dua karung,ukurang 20kg. Garam kemudian
dijual di Pasar Inpres Larantuka dengan
harga Rp.150.000/ 1 karung. Sehingga dalam satu hari, pendapatan kami
Rp. 300.000. Hasil yang ada, kami bagi berempat dan sedikit kami sisihkan untuk
kebutuhan kami setiap hari, ‘tutur Rosa.
Garam yang sudah dijual, oleh pembeli
pertama dapat menjualnya kembali dengan ukuran satu rantang seharga Rp. 5000. Namun jika
ada yang membeli langsung di lokasi, dilayani dan takarannya lebih banyak dari
biasannya. Garamnya asli, bersih dan putih.
Maria Badin mengatakan, hasil
penjualan garam, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk membiayai
pendidikan anak anak mereka yang saat ini duduk di bangku SMP. “Rejeki yang
kami dapat dari usaha ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga, juga untuk membiayai
pendidikan anak anak kami yang saat ini duduk di bangku SD dan SMP. Karena
keterbatasan biaya, anak anak kami sebelumnya tidak sempat kuliah. Kami
berharap dengan menekuni usaha ini, ke depannya bisa kami manfaatkan untuk
membiayai anak dan cucu kami yang saat ini di bangku SD, SMP, kata Maria.
Ada secuil harapan untuk
pemerintah daerah, jika ada pos anggaran untuk mendukung usaha usaha swadaya
masyarakat seperti ini dapat direalisasikan, sebagai dukungan dalam
meningkatkan pendapatan. “Usaha kami ini swadaya dan serba terbatas. Jika ada
pos anggaran untuk mendukung usaha usaha swadaya masyarakat seperti ini semoga
dapat direalisasikan, juga untuk kami, sebagai dukungan dalam meningkatkan
pendapatan, misalnya membantu menyiapkan fasilitas yang lebih moderen dan juga
membantu membuat kemasan yang lebih menarik untuk mendorong warga membeli garam
di tempat ini,tutur Maria. (Maksimus Masan Kian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar