Ibu-ibu di Desa Boru Kecamatan
Wulanggitang yang tergabung dalam kelompok PKK tingkat desa, pada Minggu
(30/7/31) berdiskusi tentang literasi. Kegiatan ini terlaksana berkat kerja
sama dengan pemerintah Desa Boru, Komunitas Literasi Leragere, Agupena Flotim
dan Media Pendidikan Cakrawala NTT.
Gusty Richarno (Pemimpin Media
Pendidikan Cakrawala NTT) dan Maksimus Masan Kian (Ketua Agupena Flotim)
diundang hadir untuk berbagi seputar perjuangan menggerakan gerakan literasi.
Diskusi yang berlangsung di
Aula Desa Boru ini dihadiri oleh Kepala Desa Boru, Benediktus Liwu, Sekretaris
BPD Boru Charles Koten, Ketua PKK boru, Ketua Komunitas Leragere, Eduardus Pope
Ana Sayang, Maria Hayon, Kepala SMPN 1 wulanggitang,Gaspar Tukan Kepala SMPN 3
wulanggitang,Emanuel Ola, Kepala SDI Boru, perangkat Desa Boru dan Ibu PKK. Sedikitnya 60
orang hadir dalam diskusi ini.
Maria Hayon, Ketua PKK Desa
Boru dalam sambutan pembukaannya mengatakan, ide menggelar kegiatan ini
terinspirasi dari perjumpaan dengan Media Pendidikan Cakrawala NTT dan Agupena
Flotim saat Kegiatan Pelatihan Jurnalistik dan Penulisan Karya Ilmiah Populer
di SMPN 1 Wulanggitang. "Saya terinspirasi untuk menyelenggarakan kegiatan
ini berangkat dari pertemuan saya dengan Pemimpin Umum Media Pendidikan
Cakrawala Gusty Richarno dan Ketua Agupena Flotim Maksimus Masan Kian. Bagi
kami Ibu - inu memiliki peran penting dalam keluarga dan lingkungan. Maka untuk
menyukseskan gerakan literasi, ibu - ibu mesti diberi peluang dan kesempatan
turut mengambil peran menggiatkan literasi. Gerakan yang mesti digencarkan
mulai dari rumah, "kata Maria.
Kepala Desa Boru, Benediktus
Liwu, memberi apresiasi atas Inisiatif Ibu-Ibu PKK menyambut gerakan literasi
di Kecamatan Wulanggitang. Bagi Kepala Desa, apapun kreasi yang bermanfaat
pasti didukung. "Sebagai Pemerintah Desa Boru, kami memberi apresiasi atas
gagasan menciptakan diskusi tentang literasi di Desa Boru. Ini awal yang baik
menghidupkan gerakan literasi yang dimulai dari desa. Jangan tanya dulu
hasilnya sekarang. Kita tanam dulu budaya literasi, Hasil dan buahnya akan kita
petik dimasa yang akan datang.
Gusty Richarno malam itu
berbagi banyak tentang motivasi awal mendirikan Media Pendidikan Cakrawala NTT
dan mimpi membangun generasi emas NTT 2050 yang dimulai dari dunia pendidikan.
Sementara Maksimus Masan Kian, menampilkan banyak foto dan video sambil
bercerita tentang perjalan gerakan literasi dari waktu ke waktu dan dampak
positifnya.
Peserta yang didominasi oleh
Ibu-ibu ini, sangat antusias menyampaikan pemikiran, shering dan bercerita
tentang literasi. Adapun beberapa benang merah yang dihasilkan menjadi tindak
lanjut diskusi yakni, setiap rumah peserta diskusi malam itu menyiapkan masing
- masing pojok baca atau tempat membaca di rumah, berusaha mendampingi anak
membaca di rumah, berlanganan koranh, majalah atau bahan bacaan lainnya. Aula
desa dan halaman desa setelah dibangun pojok baca akan disiapkan menjadi tempat
anak untuk membaca. Mengatur secara baik bahan bacaan di perpustakaan desa dan
membuat jadwal untuk masyarakat mengunjungi perpustakaan online di desa. Desa
akan melahirkan Perdes tentang jam membaca, dan terus aktif menjalin kerja sama
dengan pihak pihak terkait, diantaranya Media Pendidikan Cakrawala NTT dan
Agupena Flotim (Maksimus Masan Kian)