Minggu, 30 Juli 2017

Ibu - ibu di Boru Berdiskusi tentang Literasi

Ibu-ibu di Desa Boru Kecamatan Wulanggitang yang tergabung dalam kelompok PKK tingkat desa, pada Minggu (30/7/31) berdiskusi tentang literasi. Kegiatan ini terlaksana berkat kerja sama dengan pemerintah Desa Boru, Komunitas Literasi Leragere, Agupena Flotim dan Media Pendidikan Cakrawala NTT.
Gusty Richarno (Pemimpin Media Pendidikan Cakrawala NTT) dan Maksimus Masan Kian (Ketua Agupena Flotim) diundang hadir untuk berbagi seputar perjuangan menggerakan gerakan literasi. 

Diskusi yang berlangsung di Aula Desa Boru ini dihadiri oleh Kepala Desa Boru, Benediktus Liwu, Sekretaris BPD Boru Charles Koten, Ketua PKK boru, Ketua Komunitas Leragere, Eduardus Pope Ana Sayang, Maria Hayon, Kepala SMPN 1 wulanggitang,Gaspar Tukan Kepala SMPN 3 wulanggitang,Emanuel Ola, Kepala SDI Boru,  perangkat Desa Boru dan Ibu PKK. Sedikitnya 60 orang hadir dalam diskusi ini. 

Maria Hayon, Ketua PKK Desa Boru dalam sambutan pembukaannya mengatakan, ide menggelar kegiatan ini terinspirasi dari perjumpaan dengan Media Pendidikan Cakrawala NTT dan Agupena Flotim saat Kegiatan Pelatihan Jurnalistik dan Penulisan Karya Ilmiah Populer di SMPN 1 Wulanggitang. "Saya terinspirasi untuk menyelenggarakan kegiatan ini berangkat dari pertemuan saya dengan Pemimpin Umum Media Pendidikan Cakrawala Gusty Richarno dan Ketua Agupena Flotim Maksimus Masan Kian. Bagi kami Ibu - inu memiliki peran penting dalam keluarga dan lingkungan. Maka untuk menyukseskan gerakan literasi, ibu - ibu mesti diberi peluang dan kesempatan turut mengambil peran menggiatkan literasi. Gerakan yang mesti digencarkan mulai dari rumah, "kata Maria. 

Kepala Desa Boru, Benediktus Liwu, memberi apresiasi atas Inisiatif Ibu-Ibu PKK menyambut gerakan literasi di Kecamatan Wulanggitang. Bagi Kepala Desa, apapun kreasi yang bermanfaat pasti didukung. "Sebagai Pemerintah Desa Boru, kami memberi apresiasi atas gagasan menciptakan diskusi tentang literasi di Desa Boru. Ini awal yang baik menghidupkan gerakan literasi yang dimulai dari desa. Jangan tanya dulu hasilnya sekarang. Kita tanam dulu budaya literasi, Hasil dan buahnya akan kita petik dimasa yang akan datang.
Gusty Richarno malam itu berbagi banyak tentang motivasi awal mendirikan Media Pendidikan Cakrawala NTT dan mimpi membangun generasi emas NTT 2050 yang dimulai dari dunia pendidikan. Sementara Maksimus Masan Kian, menampilkan banyak foto dan video sambil bercerita tentang perjalan gerakan literasi dari waktu ke waktu dan dampak positifnya. 

Peserta yang didominasi oleh Ibu-ibu ini, sangat antusias menyampaikan pemikiran, shering dan bercerita tentang literasi. Adapun beberapa benang merah yang dihasilkan menjadi tindak lanjut diskusi yakni, setiap rumah peserta diskusi malam itu menyiapkan masing - masing pojok baca atau tempat membaca di rumah, berusaha mendampingi anak membaca di rumah, berlanganan koranh, majalah atau bahan bacaan lainnya. Aula desa dan halaman desa setelah dibangun pojok baca akan disiapkan menjadi tempat anak untuk membaca. Mengatur secara baik bahan bacaan di perpustakaan desa dan membuat jadwal untuk masyarakat mengunjungi perpustakaan online di desa. Desa akan melahirkan Perdes tentang jam membaca, dan terus aktif menjalin kerja sama dengan pihak pihak terkait, diantaranya Media Pendidikan Cakrawala NTT dan Agupena Flotim (Maksimus Masan Kian)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar