Mengisi waktu liburan semester Tahun Pelajaran
2016./2017, Pengurus Asosasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Kabupaten
Flores Timur berkunjung ke obyek wisata, Rabu (5/7/17) tepatnya di Bani Desa
Bao Bage Kecamatan Witihama Pulau Adonara.
Pengurus Agupena Flotim yang terlibat dalam
refresing ini diantara, Maksimus Masan Kian (Ketua), Benediktus Bereng Lanan (
Wakil Ketua Seksi Dokumentasi dan Publikasi), Tobias Tobi Ruron ( Sekretrais
Seksi Hubungan Masyarakat), Asy’ari Hidayah Hanafi (Koordinator Agupena
Kecamatan Adonara Tengah), Agusallim Bebe Kewa (Koordinator Agupena Kecamatan
Witihama), Emanuel Ola, Stanislaus Lamapaha dan Atanasius Rapok Boli (Anggota).
Rombongan ini, didampingi oleh Bapak Jamil Demon, Kepala UPTD Kecamatan
Kelubagolit.
Jarak dari pusat Kecamatan Witihama ke Bani kisaran
12 Km. Ditempuh kurang lebih selama satu jam, menggunakan kendaraan roda dua. Pengurus
Agupena Flotim star dari Rumah Bapak Jamil Demon di Desa Weranggere kisaran pkl
11.00 Wita, menggunakan kendaraan roda dua. Keluar dari Desa Weranggere,
rombongan melintasi jalur jalan utama di Desa Oringbele arah ke Desa Waiwuring.
Persis di ujung Desa Oringbele, sebelum Kantor Camat Witihama, rombongan
berbelok ke arah kiri, jalan seminisasi. Hanya berjarak 50 meter jalan rata
selanjutnya, rombongan melewati jalan tanjakan yang terjal sebelum sampai di
Desa Sandosi Lewokemie. Beberapa Pengurus seperti Amber Kabelen, Tobias Ruron,
Asy’ari Hanafi yang baru melewati jalur ini nampak “gugup” saat memacu
kendaran. Sangat hati- hati.
Tiba di Desa Sandosi, rombongan “dihadang” oleh
beberapa warga yang memegang parang, tombak, gong dan gendang. Persis di jalan
utama Desa Sandosi. Diantara kerumunan warga ada Pengamat Seni Nasional, Silvester
Petara Hurit, yang rupanya sedang melatih dan mendampingi kelompok sanggar seni
Desa Sandosi yang akan mengisi acara pada rangkaian Tour de Flores mendatang di
Kota Larantuka. Rombongan juga menyempatkan diri bercerita dan berdialog dengan
Ibu – ibu tak jauh dari tempat itu yang sementara asyik menenun di teras rumah
salah satu warga. Diketahui mereka adalah kelompok “Seni Tawa” yang bergiat di dunia Menenun dalam upaya meningkatkan
pendapatan ekonomi keluarga dan melestarikan kekayaan Lamaholot yang merupakan
warisan leluhur.
Tak berselang lama Pengurus Agupena Flotim yang
didominasi “Guru- Guru Kampung” ini kembali memacu kendaraanya. Di puncak
antara Desa Sandosi Lewokemie dan Desa Tobitika Woka, nampak pemandangan yang
begitu indah dan menarik. Ada gunung Ile Ape di Kabupaten Lembata yang nampak
tegak dan berdiri kokoh, bentangan laut biru, hamparan kelapa dan lontar yang
semuanya nampak “telanjang” untuk dinikmati oleh mata siapa saja yang melewati
jalur jalan ini. Indah nian.
Tak kalah indahnya, saat berada dipuncak Desa
Tobitika. Terlihat jelas gunug Ile Boleng dan Gunung Ile Ape berhadap – hadap
saling “memberi senyum” menghasilkan keindahan alam Witihama Adonara yang tak
tertandingi. Diantara Gunung Ile Boleng dan Ile Ape inilah terbentang Kampung-
kampung se- Kecamatan Witihama. Ada belasan desa yang menghuni tanah ini. Hidup
rukun, aman dan damai.
Ada satu desa lagi yang dilewati sebelum menginjakan
kaki di Bani obyek wisata yang ditujuh yakni Regong, Desa Baobage. Tempat ini
menjadi kampung terakhir atau kampung paling ujung di Kecamatan Witihama. Sebelum
mekar menjadi satu desa, Regong bergabung dengan Desa Tobitika. Sekilas
terlihat, desa ini sangat kesulitan air bersih. Itu nampak dari ramainya warga
keluar masuk kampung mengambil air di sumber mata air yang berjarak kurang
lebih 3 km dari kampung. Air diambil secara manual. Belum ada alat bantu yang
mampu mengalirkan air dari seumber mata air masuk ke kampung ini. Setiap warga
yang dijumpai, selalu melepaskan senyum ramah, yang memberi kesan keakraban
kepada siapa saja yang masuk ke desa mereka.
Jika beberapa ruas jalan sebelumnya menanjak, keluar
dari Desa Baobage, nyali rombongan Pengurus Agupena kembali diuji. Kali ini
jalan menurun yang sangat tanjam. Bekas – bekas semen yang masih berserakan
usai rabat jalan membuat pengendara harus lebih hati- hati. Jika terpeleset
sedikit maka, bukan tidak mungkin pengendara akan dijemput di bawah jurang.
Unik jalan menuju ke tempat wisata ini. Beberapa
meter jalan semenisasi, lanjut jalan tanah, jalan berbatu, kembali ketemu jalan
seminisasi dan selanjutnya tambal- sulam sampai ke Bani. Pengurus Agupena
Flotim berhasil melewati rintangan demi rintangan akhirnya bisa menggapai
tujuan obyek wisata yang ditakser. Bani.
Apa keindahan alam Bani, sehingga mendorong Pengurus
Agupena Flotim bersemangat dan berusaha sekuat tenaga untuk sampai di tempat
ini? Tidak rugi datang di tempat ini. Rasa capeh, letih, dan keringatan
sepanjang jalan akan terbayar dengan melihat hamparan laut yang biru asli, laut
yang bersih, karang – karang yang indah dan jauh dari itu, matamu akan
dimanjakan dengan melihat beberapa pulau- pulau kecil di tempat ini. Ada Pulau
Gambus (Bentuk Pulaunya seperti Gambus), Pulau Penapaya (Pulau yang hanya sebelah/ berbentuk ceper) Pulau Nogo
Soro Lima'h (Nogo: nama orang. Soron Lima’h
: Memberi tangan) konon ceritanya, dahulu kala, Nogo yang mencari ikan di
wilayah ini, saat sementara mengambil ikan di pulau ini, tangannya terperangkap
dalam lubang dan tidak bisa dikeluarkan lagi. Sejak itu, pulau yang sebelumnya
belum dikenal namanya diberi nama Pulau Nogo
Soro lima’h. Sekarang, di tempat ini ada daratan di tengah laut yang
menghubungkan antara Pulau Penapaye
dan Pulau Nogo Soron Lima’h. Untuk
bisa naik ke puncak Nogo Soron Lima’h,
disaat air surut. Karena pada saat air pasang, daratan tadi tertutup air laut.
Tanpa menunggu lama, rombongan mulai melakukan
pendakian untuk dapat menginjakan kaki dipuncak Pulau Penanpaye. Tertatih – tatih namun semua bisa sampai di Puncak.
Rombongan mengabadikan semua momen – momen indah saat berada di puncak pulau
ini. Berada di tempat ini ibarat sedang berada di dalam pesawat yang bisa melihat keindahan alam
di atas ketinggian. Berdiri di tempat ini, kita dapat melihat hamparan laut
yang biru, pulau pulau kecil di sekitarnya, termasuk tak jauh dari tempat ini,
kita dapat melihat gundukan pasir putih di Meko. Tempat yang saat ini menjadi
destinasi wisata yang paling diminati baik oleh wisatawan lokal maupun internasional.
Perputaran jarum jam hari itu teras begitu cepat. Pengurus
Agupena Flotim tak ingin waktu berlalu tanpa ada makna dalam setiap detik putarannya.
Perlahan menuruni Pulau Penapaye,
dengan sasaran berikut menaiki puncak Pulau Nogo
Soro Lima’h. Kata mereka yang sudah datang ke obyek wisata di tempat ini, “Kalau sudah datang di Bani, dan tidak naik
di puncak Pulau Nogo Soro Lima’h, sama halnya dengan belum datang di tempat ini”.
Pernyataan ini sebagai pematik yang
mendorong Pengurus Agupena Flotim memaksimalkan tenaga yang sisa untuk menaklukan
puncak Pulau Nogo Soro Lima’h. Jarak
dari dasar Pulau ini ke puncak kurang lebih 800 meter. Jika ada yang sudah naik
ke puncak gunung Ile Boleng atau gunung – gunung lainya. Menuju ke puncak Pulau
ini, kurang lebih demikian. Untuk yang sudah biasa mendaki gunung, mungkin
baginya mudah tetapi yang baru berpengalaman, untuk sampai ke puncak rasanya sangat
sulit.
Proses tak pernah mengkhianati hasil. Demikian juga
yang dialami Pengurus Agupena Flotim hari itu. Berpeluh keringat, capeh, lelah,
letih, mendaki menuju puncak Pulau Nogo
Soron Lima terbayar lunas. Kata Amber Kabelen, ia sepertinya lupa jalan
pulang saat ada di puncak ini. “Teman – teman, saya sepertinnya sudah lupa, di
mana jalan yang harus kita lewati untuk pulang. Keindahan tempat ini seperti
dalam mimpi, ujar Amber. Dapat dibayangkan, kita berada di puncak sebuah pulau,
dikelilingi hamparan air laut, dan tanaman bakau, sambil mata kita menikmati
pulau – pulau kecil di sekelilingnya. “Ahh...keindahan alam di Bani ini, tak
dapat dikukir dengan kata- kata, mari kita mendokumentasikan semua sisi
keindahan alam ini untuk menceritakan kepada sesama saudara kita yang belum
pernah ke tempat ini. Yang mengaku anak Adonara wajib datang dan injakan kaki
dipuncak ini dan nikmati keindahan alam kita, Ciptaan Tuhan dan warisan leluhur
yang beratus- ratus tahun lamannya dijaga,’guman Asy’ari.
Semua kamera baik kamera digital dan kamera hanpon
dimanfaatkan secara maksimal mendokumentasikan keindahan alam Bani. Hinggl
kembali ke Witihama, tak ada satupun rombongan yang baterei hanponya tersisa.
Habis terpakai.
Akhir dari perjalanan sehari ini kami akhiri dengan
makan bersama di teras rumah Bapak Jamil Demon, Kepala UPTD Kecamatan Kelubagolit
di Desa Weranggere Kecamatan Witihama. (Maksimus
Masan Kian)
Luar biasa indah!!!
BalasHapusLuar biasa indah!!!
BalasHapus