Tak
banyak berpikir, apalagi melakukan. Era globalisasi dengan melejitnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan tekonologi membuat banyak orang berharap gampang dan
melakukan yang instan untuk
mendapatkan sesuatu. Usaha dan kerja keras serta kearifan lokal yang
ditinggalkan oleh leluhur nenek moyang perlahan terabaikan. Kurang dilirik,
sebagai usaha kreatif yang bisa mendongkrak perekonomian keluarga.
Tentunya, tidak cukup dengan hanya
mengandalkan ijazah tanpa ada keterampilan. Sekian banyak sarjana bahkan
magister harus terkurung dalam rumah karena hanya mengandalkan titel dan Indeks
Prestasi Komulatif (IPK). IPK menjadi ukuran di Kampus saat kuliah dulu, namun
saat terjun ke duni kerja, yang sangat dibutuhkan adalah ketrampilan. Paduhkan
ijazah dan keterampilan maka pengeluhan akan lapangan pekerjaan yang sulit
tidak menjadi penghalang. Ciptakan mindset
“Saya tidak mencari atau melamar pekerjaan tetapi pekerjaan yang mencari dan melamar
saya”
Ibu-ibu di Lewokemie Kecamatan
Witihama Pulau Adonara bermindset positif dalam mengembangkan usaha – usaha kreatif
di kampung dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di kampung itu. Mereka
tergabung dalam Kelompok Menenun yang diberi nama “Seni Tawa”. Kelompok ini melibatkan Mama- mama dan juga beberapa
gadis yang berminat untuk belajar menenun. Dengan memanfaatkan teras rumah dan
peralatan serta bahan seadanya, mereka mampu menenun dan menghasilkan berbagai
motif sarung Lamaholot khususnya Adonara.
Ursula Masi Ina Ketua Kelompok Tenun
“Seni Tawa” Lewokemie, ditemui di
Lewokemie Rabu (5/7/17) mengatakan usaha menenun di Lewokemie awalnya
dijalankan oleh beberapa Ibu saja, kemudian berkembang hingg duapuluan Ibu
Rumah Tangga terlibat bersama mengembangkan usaha ini. “Menggeluti usaha ini,
awalnya hanya beberapa Ibu Rumah Tangga yang menjalankannya. Kami berangkat
dari keterampilan kami yang ada dan peralatan serta bahan yang tersedia. Kurang
percaya diri juga saat memulai usaha ini, karena jarang usaha menenun
dijalankan secara bersama – sama seperti ini. Biasanya secara pribadi –
pribadi. Namun dari hari ke hari, ternyata hasilnya lumayan. Selain sarung yang
kami hasilkan digunakan sendiri, tetapi juga sudah mendatangkan keuntungan
secara finasial yang dapat membantu keluarga dari sisi ekonomi. Kebutuhan akan
sarung juga tinggi misalnya saat kematian, acara pernikahan dan ritual – ritual
adat lainnya. Ini yang memacu kami untuk terus giat menekuni usaha ini. Kami
berharap, semoga ada bantuan dari pemerintah dalam meningkatkan usaha kami ini
semisal menyiapkan tempat yang lebih luas untuk kami menenun dan juga bahan –
bahan yang kami butuhkan untuk menghasilkan tenunan yang lebih berkualitas,kata
Ursula Masi Ina.
Jujur, ketrampilan menenun untuk
gadis - gadis Adonara saat ini bisa dihitung. Sangat sedikit dari banyak gadis.
Jika keterampilan menenun para gadis dibandingkan dengan kemampuan mengendari
sepeda motor dan memainkan game dalam Hanpon android maka, perbandingan begitu jauh. Profisiat dan apresiasi
untuk gadis - gadis Adonara yang selain cantik juga pandai menenun. Bagi
Penulis, kecantikan gadis Adonara, diukur juga dari sejauh mana keterampilannya
untuk menenun. (Maksi Masan Kian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar